Nada dering dari handphone jadul membangunkan Andi dari istirahat siangnya. Dengan gerakan gontai, dicarinya sumber suara itu, kemuadian dilihatlah layar benda itu. “0274xxxxxx”. “Oh nomor Jogja..”
“Halo selamat siang..” suaranya mengawali percakapan siang itu.
“Selamat siang.. Dengan bapak Andi?” suara dari seberang menyapa dengan ramah.
“Betul, saya Andi. Ini siapa ya? ada keperluan apa?” selidik Andi
“Ini dari UPTD RS. Dr. Sardjito. Berdasarkan catatan kami, bapak rutin mendonorkan darah di sini. Hari ini ada kebutuhan darah yang mendesak untuk operasi seorang anak yang dirawat di Rumah Sakit. Kami mohon bantuan bapak.” jelas orang tersebut.
Sejenak detak jantung Andi berhenti. Membayangkan seorang anak kecil yang akan menjalani operasi, membutuhkan darah. Sesaat setelah itu, perasaan bersalah pun hinggap di benak Andi.
“Maaf mbak, bukan saya tidak mau menolong, tapi saya sendiri baru mendonorkan darah bulan lalu, jadi untuk saat ini saya belum diperbolehkan donor darah lagi..” Andi menerangkan dengan perasaan bersalah.
“Oh gitu ya pak. Baiklah, terimakasih pak.. Selamat siang..” ucapan yang menutup pembicaraan siang itu.
“Iya mba, sama sama.. Selamat siang..” Andi menutup telepon seraya berdoa, semoga ada orang lain yang bisa membantumu, dan semoga kamu baik baik saja.
Huff.. Seandainya seseorang bisa mendonorkan darahnya lebih dari tiga bulan sekali, pasti Andi akan langsung datang ke Rumah Sakit saat itu juga. Hanya karena keadaan yang membuat dia tidak bisa membantu anak itu.
Semoga kamu baik baik nak..